Contoh Laporan Study Tour Ke Daerah Istimewa Yogyakarta :
bagi yang sedang mencari dan akan membuat undangan wedding maka kami siap membantu silahkan buka : Blanko Undangan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pariwisata merupakan sektor
utama bagi DIY. Banyaknya objek, dan daya tarik wisata di DIY telah menyerap
kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Yogyakarta
yang kaya akan wisata keindahan alam dan wisata sejarah. Hal ini menjadikan
kota Jogja sebagai tujuan wiasata terbesar di Indonesia setelah Bali. Banyak
tempat wisata yang bisa dikunjungi di kota ini seperti wisata alam, wiasata
sejarah, wisata budaya, wisata pendidikan dan wisata malam.
Secara geografis, DIY
juga diuntungkan oleh jarak antara lokasi objek wisata yang terjangkau, dan
mudah ditempuh. Sektor pariwisata sangat signifikan menjadi motor kegiatan
perekonomian DIY yang secara umum bertumpu pada tiga sektor andalan yaitu:
jasa-jasa; perdagangan, hotel, dan restoran; serta pertanian. Dalam hal ini
pariwisata memberi efek pengganda (multiplier effect) yang nyata bagi sektor
perdagangan disebabkan meningkatnya kunjungan wisatawan. Selain itu, penyerapan
tenaga kerja, dan sumbangan terhadap perekonomian daerah sangat signifikan.
A.
Rumusan
Masalah
1.
Apa saja objek wisata yang ada di Yogyakarta?
2.
bagaimana sejarah objek wisata di Yogyakarta?
3.
Bagaimana keadaan objek wisata di Yogyakarta?
A. Tujuan Perjalanan
1.
Mengetahui objek wisata yang ada di Yogyakarta
2.
Mengetahui sejarah objek wisata di Yogyakarta
3.
Mengetahui Kondisi objek wisata di Yogyakarta
B. Manfaat Perjalanan
1. Siswa
mengetahui objek wisata Yogyakarta
2. Siswa
dapat memahami sejarah objek wisata Yogyakarta
3. Siswa
mengetahui kondisi objek wisata Yogyakarta
BAB II
WISATA YANG DIKUNJUNGI
1.
Lokasi Candi Borobudur
Candi Borobudur terletak di
Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah.
Candi Borobudur dikelilingi oleh Gunung Merapi dan Merbabu di sebelah Timur,
Gunung Sindoro dan Sumbing di sebelah Utara, dan pegunungan Menoreh di sebelah
Selatan, serta terletak di antara Sungai Progo dan Elo. Candi Borobudur didirikan
di atas bukit yang telah dimodifikasi, dengan ketinggian 265 dpl.
baca Juga : Makalah Tauhid, Macam-Macam dan Ruang Lingkup Tauhid (Lengkap)
baca Juga : Makalah Tauhid, Macam-Macam dan Ruang Lingkup Tauhid (Lengkap)
2.
Sejarah Candi Borobudur
Borobudur dibangun oleh
Samaratungga, seorang raja kerajaan Mataram Kuno yang juga keturunan dari
Wangsa Syailendra pada abad ke-8. Keberadaan Candi Borobudur ini pertama kali
terungkap oleh Sir Thomas Stanford Rafles pada tahun 1814. Pada saat itu, Candi
Borobudur ditemukan dalam kondisi hancur dan terpendam di dalam tanah. Candi
yang terdiri dari 10 tingkat ini sebenarnya memiliki tinggi keseluruhan 42
meter. Namun setelah dilakukan restorasi, tinggi keseluruhan candi ini hanya
mencapai 34,5 meter dengan luas bangunan candi secara keseluruhan 123 x 123
meter (15.129 m2). Setiap tingkat pada Candi Borobudur ini dari lantai pertama
sampai lanyai enam memiliki bentuk persegi, sedangkan mulai dari lantai ke
tujuh sampai lantai ke sepuluh berbentuk bulat.
Candi Borobudur adalah
candi Buddha terbesar pada abad ke-9. Menurut Prasasti Kayumwungan,
terungkap bahwa Candi Borobudur selesai dibangun pada 26 Mei 824, atau hampir
100 tahun sejak mulai awal dibangun. Konon nama Borobudur berarti sebuah gunung
yang berteras - teras atau biasa juga disebut dengan budhara. Namun ada juga
yang mengatakan bahwa Borobudur berarti biara yang terletak di tempat yang
tinggi.
Beberapa ahli mengungkapkan
bahwa posisi Candi Borobudur berada pada ketinggian 235 meter diatas permukaan
laut. Ini berdasarkan studi dari para ahli Geologi yang mampu membuktikan bahwa
Candi Borobudur pada saat itu adalah sebuah kawasan danau yang besar sehingga sebagian
besar desa-desa yang berada di sekitar Candi Borobudur berada pada ketinggian
yang sama, termasuk Candi Pawon dan Candi Mendut.
Berdasarkan Prasasti
tanggal 842 AD, seorang sejarawan Casparis menyatakan bahwa Borobudur merupakan
salah satu tempat untuk berdoa. Dimana dalam prasasi tersebut mengandung kata
"Kawulan i Bhumi Sambhara" yang berarti asal kesucian dan Bhumi
Sambara merupakan nama sebuah sudut di Candi Borobudur tersebut. Setiap lantai
pada Candi Borobudur ini mengandung tema yang berbeda - beda karena pada setiap
tingkat tersebut melambangkan tahapan kehidupan manusia. Hal ini sesuai dengan
ajaran Buddha Mahayana bahwa setiap orang yang ingin mencapai tingkat
kesempurnaan sebagai Buddha harus melalui setiap tingkatan kehidupan. Pada setiap
lantai di Candi Borobudur terdapat relief - relief yang bila dibaca dengan
runtut akan membawa kita memutari Candi Borobudur searah dengan jarum jam.
3. Bentuk Bangunan Candi Borobudur
ü Denah Candi Borobudur
ukuran panjang 121,66 meter dan lebar 121,38 meter.
ü Tinggi 35,40 meter.
ü Susunan bangunan berupa 9
teras berundak dan sebuah stupa induk di puncaknya. Terdiri dari 6 teras
berdenah persegi dan3 teras berdenah lingkaran.
ü Pembagian vertikal secara
filosofis meliputi tingkat Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu.
ü Pembagian vertikal secara
teknis meliputi bagian bawah, tengah, dan atas.
ü Terdapat tangga naik di
keempat penjuru utama dengan pintu masuk utama sebelah timur dengan
ber-pradaksina.
ü Batu-batu Candi Borobudur
berasal dari sungai di sekitar Borobudur dengan volume seluruhnya sekitar
55.000 meter persegi (kira-kira 2.000.000 potong batu)
4.
Nama Candi Borobudur
Mengenai penamaannya juga
terdapat beberapa pendapat diantaranya:
ü Raffles: Budur yang kuno
(Boro: kuno, budur: nama tempat) Sang Budha yang agung (Boro: agung, budur:
Buddha) Budha yang banyak (Boro: banyak, budur: Buddha)
ü Moens: Kota para penjunjung
tinggi Sang Budha
ü Casparis: Berasal dari kata
sang kamulan ibhumisambharabudara, berdasarkan kutipan dari prasasti Sri
Kahulunan 842 M yang artinya bangunan suci yang melambangkan kumpulan kebaikan
dari kesepuluh tingkatan Bodhisattva.
ü Poerbatjaraka: Biara di
Budur (Budur: nama tempat/desa)
ü Soekmono dan Stutertheim:
Bara dan budur berarti biara di atas bukit Menurut Soekmono fungsi Candi
Borobudur sebagai tempat ziarah untuk memuliakan agama Budha aliran Mahayana
dan pemujaan nenek moyang.
B. Museum Kapal Samudraraksa
Museum Kapal
Samudraraksa terletak di dalam zona penyangga II areal Candi Borobudur,
Magelang, Jawa Tengah. Pembangunan museum ini ditujukan untuk mengingatkan
kembali akan kejayaan nenek moyang bangsa Indonesia yang berhasil mengarungi
Samudera Hindia hingga ke wilayah Afrika. Museum yang diresmikan pada tanggal
31 Agustus 2005 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhyono ini terdiri dari tiga bangunan.
Bangunan pertama merupakan tempat informasi, display foto, poster, relief,
serta pemutaran film. Bangunan kedua yang berbentuk rumah joglo merupakan
tempat kapal Samudraraksa dipajang. Selain kapal, di bangunan kedua ini
disimpan barang-barang yang dipergunakan oleh para awak kapalnya sewaktu
berlayar mengarungi samudera, seperti: peralatan memasak, peralatan rumah
tangga sehari-hari, buku, kaset, cd, vcd, dan obat-obatan. Sedangkan bangunan
ketiga berfungsi sebagai kantor dan tempat penjualan suvenir.
1. Sejarah Kapal Samudraraksa
Sejarah Kapal
Samuderaraksa berawal ketika Phillipe Beale (mantan Angkatan Laut Inggris),
berkunjung ke Candi Borobudur pada tanggal 8 November 1982. Saat berada di
Borobudur, ia melihat relief sebuah kapal yang dipahatkan pada salah satu
dindingnya. Keindahan relief kapal tersebut menjadikannya tertarik untuk
membuat kapal serupa, sekaligus untuk melakukan ekspedisi seperti yang
dilakukan oleh para pelaut Indonesia pada abad ke-8. Namun, 20 tahun kemudian
cita-citanya itu baru terwujud, setelah pada bulan September 2002 ia
menghubungi Nick Burningham (ahli arkeologi maritim berkebangsaan Australia),
untuk merancang sebuah kapal seperti yang dilihatnya pada relief di Candi
Borobudur. Setelah berhasil merancang kapal, pada 19 Januari 2003 mereka
kemudian menghubungi As’ad Abdullah (69 tahun) yang bertempat tinggal di Pulau
Pagerungan Kecil, Kabupaten Sumenep, Madura, untuk membuat perahu rancangan
mereka. Oleh As’ad Abdullah dan sejumlah arsitek asing, kapal dibuat dengan
menggunakan teknologi tradisional dan seluruh bahan bakunya dari kayu.
Pada bulan Mei
2003 kapal pesanan Phillipe Beale selesai dibangun. Kapal ini berukuran panjang
18,29 meter, lebar 4,50 meter, dan tinggi 2,25 meter. Bagian depan kapal
digunakan sebagai kabin dan tempat tidur, bagian tengah sebagai ruang makan dan
navigasi, sedangkan bagian buritan digunakan sebagai ruang kemudi, dapur, dan
tempat cuci piring. Untuk berlayar, karena tidak menggunakan mesin, kapal
dilengkapi dengan 2 layar tanjak, 2 buah kemudi dan cadik ganda. Selain itu,
kapal juga dilengkapi dengan peralatan keselamatan seperti: Global Positioning
Satelite (untuk mengetahui posisi kapal), NavTex (untuk menerima informasi
cuaca), EchoSounder (untuk mendeteksi kedalaman air), Inmarst Telephone Satelite
(untuk komunikasi di tengah laut), dan Lift Raft (dua buah rakit apung).
Setelah kapal
selesai dibuat, pada bulan Mei 2003 diadakan seleksi untuk calon anak buah
kapal. Dari seleksi itu, diambil 27 orang yang berasal dari Indonesia,
Australia, Selandia Baru, Inggris, Swedia, dan Perancis. Selesai melakukan
seleksi untuk anak buah kapal, dan juga menunjuk salah seorang diantara mereka
untuk menjadi kapten, yaitu I Gusti Putu Ngurah Sedaha, maka pada tanggal 25
mei 2003 kapal diluncurkan untuk pertama kalinya ke laut.
Pada bulan Juni
2003 kapal bersama awaknya melakukan uji coba pelayaran dari Pulau Pangerungan
Kecil ke Benoa (Bali), melewati perairan Banyuwangi. Setelah berhasil melakukan
uji coba, pada tanggal 2 Juli 2003 diadakan seminar pra peluncuran kapal di
Jakarta. Dua minggu kemudian, yaitu tangal 16 Juli 2003, kapal diresmikan oleh
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata I Gede Ardika.
Pada tanggal 22
Juli 2003 kapal meninggalkan Benoa menuju Ancol, Jakarta, melewati Surabaya,
Karimunjawa, dan Semarang. Setelah sampai di Jakarta, pada tanggal 15 Agustus
2003 kapal ini diberi nama Samudraraksa yang berarti “Pelindung Lautan” dan
sekaligus diberangkatkan menuju Madagaskar oleh Presiden Megawati
Soekarnoputri. Dalam pelayaran yang menyusuri rute Kayu Manis (Jakarta,
Madagaskar, Cape Town dan berakhir di Ghana) itu, Kapal Samudraraksa membawa
barang-barang kebutuhan awak kapal, seperti: 1500 liter air tawar, 900 kg
beras, 2 upright sails, 1 ton kayu bakar, 0,5 ton bahan makanan dan bumbu, dan
lain sebagainya
Tanggal 12
September 2003, kapal Samudraraksa berhasil berlabuh di pelabuhan Victoria,
Seychelles. Dua minggu kemudian, tepatnya tanggal 29 September 2003,
Samudraraksa meninggalkan Seychelles menuju Madagaskar. Tanggal 14 Oktober,
kapal Samudraraksa mencapai Mahajanga, Madagaskar. Dari Madagaskar, pada
tanggal 26 Oktober, Samudraraksa berlayar lagi menuju Cape Town, Afrika
Selatan. Dalam pelayaran menuju Cape Town itu, pada tanggal 16 November mereka
singgah di Richard Bay. Tanggal 1 Desember singgah di Pelabuhan Durban. Tanggal
7 Desember singgah di Pelabuhan Elizabeth. Baru pada tanggal 5 Januari 2004,
Samudraraksa tiba di Cape Town.
Sekitar 2
minggu kemudian, tepatnya tanggal 17 Januari 2004, Samudraraksa berangkat lagi
menuju Ghana. Setelah beberapa minggu mengarungi lautan, pada tanggal 23
Februari kapal Samudraraksa sampai di tujuan akhir dan berlabuh di Pelabuhan
Tema, Accra, Graha. Dengan berlabuhnya Samudraraksa di Ghana, maka berakhirlah
ekspedisi menyusuri jalur Kayu Manis. Para awak pun kembali ke tanah air untuk
menerima penghargaan Satya Lencana dari Presiden Megawati Soekarnoputri.
Sedangkan kapal Samudraraksa yang masih berada di Ghana, tujuh bulan kemudian
dibongkar dan dibawa pulang ke Indonesia. Sesampai di Indonesia,
bongkahan-bongkahan kapal Samudraraksa itu dibawa ke Borobudur dan dirakit
kembali untuk selanjutnya dimuseumkan, sebagai tanda akan kejayaan nenek moyang
bangsa Indonesia yang berhasil mengarungi Samudera Hindia hingga ke wilayah
Afrika. (ali gufron)
C. Taman Pintar
Taman Pintar
Yogyakarta (TPY) adalah salah satu wisata pendidikan atau wisata edukasi paling
banyak dikunjungi di Yogyakarta. Taman ini menawarkan wahana belajar dan
rekreasi yang cukup lengkap untuk anak-anak, baik usia pra sekolah sampai
tingkat sekoah menengah.
Taman Pintar
dibangun mulai buln Mei 2006 dan setahun kemudian pada tanggal 9 juni 2007
diresmikan oleh Gubernur DIY, Sultan Hamengku Buwono X bersama dua menteri
yaitu menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Kusmayanto Kadiman, P.h.D dan
menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA.
Taman ini
menawarkan model edukasi atau pembelajaran yang memadukan konsep pendidikan dan
permainan dengan media yang menarik sehingga dapat merangsang keingintahuan
anak dan memancing krativitas anak terhadap IPTEK.
Taman Pintar
berisi materi yang terbagi menurut kelompok usia dan penekanan materi. Untuk
kelompok usia dini dibagi lagi menjadi tingkat pra sekolah, taman kanak-kanak,
sekolah dasar sampai sekolah menengah. Sedangkan untuk penekanan materinya
disampaikan dalam bentuk interaksi antara pengunjung dengan materi yang
disampaikan melaui bentuk anjungan yang ada seperti : anjungan pengenalan,
anjungan pengenalan ilmu-ilmu dasar, anjungan permainan dan anjungan penerapan
IPTEK.
Konsep pembelajaran
yang dipakai pada taman ini garis besarnya bertujuan untuk meningkatkan mutu
penguasaan materi pendidikan yang diberikan di sekolah ditengah menurunnya
minat baca dari masyarakat dan anak-anak pada khususnya. Dengan model alat
peraga anak-anak akan lebih tertarik untuk mengembangkan kemampuannnya sehingga
dapat menyelesaikan berbagai masalah dengan pola pikirannya sendiri.
Taman Pintar ini
dibangun dengan biaya Rp. 53 M. Yang berisi enam zona yang didalamnya terdapat
isi materi antara lain : gedung memorabilia, gedung kotak lantai 2, gedung oval
lantai 2, gedung oval lantai 1, gedung kotak barat dan timur dan playground
area.
Zona-zona
tersebut mempunyai beberapa wahana tersendiri seperti Taman bermain, Penjelajah
kecil, Titian Penemuan, Petualangan lingkungan, Jembatan sains, Titian sains,
Indonesiaku, Teknologi canggih dan populer.
D. Malioboro
1. Lokasi Malioboro
Jalan
Malioboro adalah nama salah satu jalan dari tiga jalan
di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos
Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Malioboro dan Jalan Jend. A. Yani. Jalan ini merupakan poros Garis Imajiner Kraton Yogyakarta.
2. Nama Malioboro
Berasal dari bahasa
Sansekerta yang berarti karangan bunga, Malioboro menjadi kembang yang pesonanya mampu menarik
wisatawan. Tak hanya sarat kisah dan kenangan, Malioboro juga menjadi surga
cinderamata di jantung Kota Jogja.
3. Malioboro
Kawasan Malioboro sebagai
salah satu kawasan wisata belanja andalan kota Jogja, ini didukung oleh adanya
pertokoan, rumah makan, pusat perbelanjaan, dan tak ketinggalan para pedagang
kaki limanya. Untuk pertokoan,
pusat perbelanjaan dan rumah makan yang ada sebenarnya sama seperti pusat
bisnis dan belanja di kota-kota besar lainnya, yang disemarakan dengan
nama-merk besar dan ada juga nama-nama lokal.Barang yang diperdagangkan dari
barang import maupun lokal, dari kebutuhan sehari-hari sampai dengan barang
elektronika, mebel dan lain sebagainya. Juga menyediakan aneka kerajinan, misal
batik, wayang, ayaman, tas dan lain sebagainya. Terdapat pula tempat penukaran
mata uang asing, bank, hotel bintang lima hingga tipe melati.
Keramaian dan semaraknya Malioboro juga tidak terlepas dari banyaknya pedagang
kaki lima yang berjajar sepanjang jalan Malioboro menjajakan dagangannya,
hampir semuanya yang ditawarkan adalah barang/benda khas Jogja sebagai
souvenir/oleh-oleh bagi para wisatawan.
Mereka berdagang kerajinan
rakyat khas Jogjakarta, antara lain kerajinan ayaman rotan, kulit, batik,
perak, bambu dan lainnya, dalam bentuk pakaian batik, tas kulit, sepatu kulit,
hiasan rotan, wayang kulit, gantungan kunci bambu, sendok/garpu perak, blangkon
batik [semacan topi khas Jogja/Jawa], kaos dengan berbagai model/tulisan dan
masih banyak yang lainnya. Para pedagang kaki lima ini ada yang menggelar
dagangannya diatas meja, gerobak adapula yang hanya menggelar plastik di
lantai.
Sehingga saat pengunjung Malioboro cukup ramai saja
antar pengunjung akan saling berdesakan karena sempitnya jalan bagi para
pejalan kaki karena cukup padat dan banyaknya pedagang di sisi kanan dan kiri.
Dan ini juga perlu di
waspadai atau mendapat perhatian khusus karena kawasan Malioboro menjadi rawan akan tindak kejahatan, ini
terbukti dengan tidak sedikitnya laporan ke pihak kepolisian terdekat soal
pencopetan atau penodongan, dan tidak jarang pula wisatan asing juga menjadi
korban kejahatan dan ini sangat memalukan sebenarnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan yang telah saya
peroleh dari perjalanan Study Tour saya ke Yogyakarta yaitu : Yogyakarta adalah
tempat obyek wisata yang tidak asing lagi dimata orang ataupun di berbagai
manca Negara. Disitu banyak berbagai tempat-tempat obyek pariwisata yang sangat
penting, bersejarah dan mempunyai keunikan tersendiri dengan ciri khasnya
masing-masing. Tempat-tempat obyek pariwisata tersebut misalnya: Candi
Borobudur, Taman Pintar Malioboro dan lain sebagainya. Selain memiliki tempat wisata sebagai
hiburan, kota ini juga memiliki tempat – tempat wisata, pendidikan, dan
bersejarah.
B.
Saran
Karya wisata
ini sangat baik untuk dilaksanakan karena memiliki manfaat yang cukup banyak.
Oleh karena itu, kegiatan ini sebaiknya terus diadakan dengan mengunjungi
tempat – tempat lain yang ada di Indonesia.
download juga : Bacaan Surat Ar-Rohman dan Al-waqi'ah Paling Merdu (Mp3,4 Video)
download juga : Bacaan Surat Ar-Rohman dan Al-waqi'ah Paling Merdu (Mp3,4 Video)
DAFTAR PUSTAKA
sekian contoh laporan yang dapat disajikan semoga bermanfaat !!! klik like dan share!!!!
Tag :
Laporan
1 Komentar untuk "Laporan Study Tour Ke Yogyakarta ( Borobudur, Taman Pintar, Malioboro)"
iya,, selamat berkunjung